Senin, 07 Desember 2015

Tentang Khawatir

Sewaktu masih gadis saya termasuk orang yang tidak khawatir-an. banyak hal yang terjadi di dalam hidup saya dan keluarga (mama dan papa) saya, namun saya selalu optimis kalau semua pasti akan baik-baik saya. Mungkin karena tanggung jawab saya masih kecil. Saya (cuma) sebagai anak perempuan yang tugasnya belajar. Kebutuhan rumah tangga sepenuhnya di handle saya kedua orang tua saya.

Tapi entah kenapa setelah saya menikah dan terlebih setelah memiliki anak. Saya mulai merasa kok saya jadi khawatir-an yaa. Sebenarnya yang saya khawatirkan kadang-kadang tidak mendasar dan terlalu berlebihan.  Bagaimana kalau saya gak bisa kerja lagi karena (amit-amit) kantor saya bangkrut? Bagaimana nanti kalau anak saya gak bisa kuliah? Bagaimana-bagaimana lainnya?

Semakin dipikir malah semakin mumet dan semakin banyak kekhawatiran lainnya. Damai sejahtera saya pun hilang. Rugi banget kan? Rugi pikiran, rugi waktu dan sama sekali gak ada manfaatnya. Padahal kalau dipikirkan dengan jernih, kalau bangkrut ya tinggal ngelamar kerjaan ke tempat lain. Saya merasa saya bisa bekerja dengan baik *pede jaya. Syukur-syukur kalau bisa usaha sendiri.

Mima sekarang umurnya masih 2 tahun 9 bulan. Masih 15 tahun lagi sampai waktunya mima kuliah. Buang-buang waktu banget kan saya? *toyor diri sendiri hhahha.. Yang seharusnya saya pikirkan sekarang adalah bagaimana mendidik mima jadi anak yang berbahagia. Saya cuma ingin mima bisa menikmati hari-hari dalam setiap tahap kehidupannya.

Makanya sekarang saya lebih memilih untuk tidak khawatir. Saya memilih untuk berserah sama Tuhan. Berserah bukan berarti pasrah dan tidak berusaha. Saya tetap lakukan bagian saya dan biar Tuhan lakukan bagian-Nya.
Yesus berkata kepada murid-muridNya : "Karena itu Aku berkaya kepadamu: Janganlah kamu kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai ". (Lukas 12:22)

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya sebab Ia yang memelihara kamu (1 Petrus 5:7)

Tuhan saja udah jamin gitu kan yaa, jadi buat apa saya khawatir lagi. Saya akan berusaha menjaga pikiran saya untuk memikirkan hal-hal yang berguna saja untuk kehidupan saya dan keluarga saya. Semangat ^^

4 komentar:

  1. Ehm.. gue jadi ingat obrolan di BBM beberapa waktu lalu teng soal topik ini. Jujur memang rugi sih kalau kita menghabiskan waktu cuma untuk mengkhawatirkan persoalan yang belum tentu terjadi. Kadang gue suka berpikir, terlebih untuk masa depan, biarlah itu menjadi rahasia yang diatas. Yang gue yakini adalah bahwa semua rancangan Tuhan pastilah rancangan kebaikan. Amin

    BalasHapus
  2. Toss mami mima...
    Diriku sama dgn dirimu ntah knp stelah menjadi emak2 begini jd byk khawatirnya..

    Yah krn qt makhluk wanita x yah berpikir dgn perasaan beda dgn makhluk pria yg berpikir dgn logika.. ( apa coba bhsa g.. wkwkwk )

    BalasHapus
  3. *toss mbe*
    Kita kan kumpulan emak-emak galau hahahaha..

    BalasHapus